Selasa, 14 Februari 2012

Suatu malam


Sejujurnya aku sudah sangat mengantuk sekali. Lampu kamar pun sudah kumatikan, dan aku juga sudah rapat di bawah selimut. Tapi baru beberapa menit tidur, aku jadi terbangun lagi. Aku mendengar suara berisik—menurutku, suara berisik itu berasal dari kolong tempat tidur. Dengan tidak bersemangat aku membuka selimutku, lalu aku melongokkan kepala ke bawah ranjang. Ternyata dugaanku benar, suara berisik itu memang dari situ asalnya. Kalian pasti tidak percaya kalau tidak melihat dengan mata sendiri, seperti yang kulihat sekarang ini. Ternyata suara berisik itu berasal dari segerombolan nyamuk. Dan yang lebih aneh lagi nyamuk-nyamuk itu berbadan besar-besar, seukuran bola tennis.

“Aneh,” kataku dengan nada suara sangat pelan, seperti sedang berbisik.
Untuk beberapa saat mataku masih terpaku pada segerombolan nyamuk yang ada di kolong tempat tidur itu. Suara berisik itu sebenarnya hanya seperti dengungan, seperti kita kalau sedang bergumam. Aku mempertajam pendengaranku, dan ternyata dengungan nyamuk-nyamuk itu terdengar seperti sebuah percakapan.

“Aku paling senang mengganggu manusia,” kata nyamuk jangkung. “Aku akan terbang di sekitar mereka dan mengeluarkan suara berisik, sehingga manusia terganggu, dan akan terjaga dari tidurnya sepanjang hari.” Ia menatap kawannya, dan bertanya, “Kalau kau, apa yang kau suka dari manusia?”
“Aku paling suka menghisap darahnya,” jawab nyamuk gendut. Nada bicaranya terkesan sombong. “Selain rasanya segar, juga membuat tubuhku menjadi lebih sehat,”
Nyamuk kekar seperti atlit binaraga pun menyahut tak mau kalah, “Manusia itu memang bodoh,” Ia membusungkan dadanya yang berbulu lebat. Dan hampir setiap kata yang diucapkan, tangannya tak henti-hentinya membelai jenggotnya yang panjang. “Meskipun manusia itu sudah kita ganggu tidurnya, kita hisap darahnya, mereka sama sekali tidak tahu,” katanya lagi. “Dan tentu saja itu sangat menguntungkan kita, dengan begitu kita bisa leluasa bergerak, bahagia dan kenyang.”

 “Bangsat, bangsat, bangsat,” aku mengumpat, tapi masih dengan suara pelan. “Ternyata binatang-binatang laknat ini biang keroknya. Pantas saja tubuhku jadi kurus dan kerempeng seperti ini.”
Aku bergerak sangat pelan-pelan, beranjak turun dari ranjang tempat tidur. Lalu aku berjalan dengan kaki berjinjit, mengendap-endap. Aku mengambil kaleng obat pembasmi nyamuk dan serangga yang ada di atas lemari kayu.

Srooot… Srooot… Srooot…
“Mampus kau!” kataku. Tapi kali ini dengan suara sangat lantang. “Sembarangan saja kalau kalian bicara! Manusia itu tidak semua bodoh dan tolol seperti yang kau kira,” Aku tak henti-hentinya menyemprotkan obat pembasmi nyamuk dan serangga.

Segerombolan nyamuk itu bubar, berlari, terbang tak tentu arah.

“Sial,” aku mengumpat. Ternyata obat pembasmi nyamuk dan serangga yang kumiliki tidak ampuh, mereka tidak mati. Padahal di kaleng obat pembasmi nyamuk dan serangga ini tertulis; paling ampuh membunuh nyamuk dan serangga. Tapi tak masalah, pikirku. Paling tidak aku sudah memberi mereka pelajaran.
Tapi sekarang aku jadi berpikir dua kali, masalahnya beberapa kejadian yang pernah kualami; nyamuk-nyamuk itu adalah binatang keras kepala, jadi aku sangat yakin sekali mereka akan datang lagi ke sini. Dan bisa jadi mereka akan mengajak teman-temannya, atau mungkin dengan serangga-serangga lain. Mungkin mereka akan datang menyerangku dengan jumlah yang lebih besar lagi.

Kalau kalian punya obat pembasmi nyamuk dan serangga yang sangat ampuh, dan bisa membunuh nyamuk dan serangga dengan sangat cepat. Tolong beritahu aku merek, dan di mana untuk mendapatkannya. Ya, hanya untuk sekedar jaga-jaga diri saja.
Terima kasih sebelumnya…

* * * * *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar