Sejujurnya aku sudah
sangat mengantuk sekali. Lampu kamar pun sudah kumatikan, dan aku juga sudah
rapat di bawah selimut. Tapi baru beberapa menit tidur, aku jadi terbangun
lagi. Aku mendengar suara berisik—menurutku, suara berisik itu berasal dari
kolong tempat tidur. Dengan tidak
bersemangat aku membuka selimutku, lalu aku melongokkan kepala ke bawah ranjang.
Ternyata dugaanku benar, suara berisik itu memang dari situ asalnya. Kalian
pasti tidak percaya kalau tidak melihat dengan mata sendiri, seperti yang
kulihat sekarang ini. Ternyata suara berisik itu berasal dari segerombolan
nyamuk. Dan yang lebih aneh lagi nyamuk-nyamuk itu berbadan besar-besar,
seukuran bola tennis.
“Aneh,” kataku dengan
nada suara sangat pelan, seperti sedang berbisik.
Untuk beberapa saat
mataku masih terpaku pada segerombolan nyamuk yang ada di kolong tempat tidur
itu. Suara berisik itu sebenarnya hanya seperti dengungan, seperti kita kalau
sedang bergumam. Aku mempertajam pendengaranku, dan ternyata dengungan
nyamuk-nyamuk itu terdengar seperti sebuah percakapan.
“Aku paling senang
mengganggu manusia,” kata nyamuk jangkung. “Aku akan terbang di sekitar mereka
dan mengeluarkan suara berisik, sehingga manusia terganggu, dan akan terjaga
dari tidurnya sepanjang hari.” Ia menatap kawannya, dan bertanya, “Kalau kau,
apa yang kau suka dari manusia?”
“Aku paling suka
menghisap darahnya,” jawab nyamuk gendut. Nada bicaranya terkesan sombong.
“Selain rasanya segar, juga membuat tubuhku menjadi lebih sehat,”
Nyamuk kekar seperti
atlit binaraga pun menyahut tak mau kalah, “Manusia itu memang bodoh,” Ia
membusungkan dadanya yang berbulu lebat. Dan hampir setiap kata yang diucapkan,
tangannya tak henti-hentinya membelai jenggotnya yang panjang. “Meskipun
manusia itu sudah kita ganggu tidurnya, kita hisap darahnya, mereka sama sekali
tidak tahu,” katanya lagi. “Dan tentu saja itu sangat menguntungkan kita,
dengan begitu kita bisa leluasa bergerak, bahagia dan kenyang.”
“Bangsat,
bangsat, bangsat,” aku mengumpat, tapi masih dengan suara pelan. “Ternyata
binatang-binatang laknat ini biang keroknya. Pantas saja tubuhku jadi kurus dan
kerempeng seperti ini.”
Aku bergerak sangat
pelan-pelan, beranjak turun dari ranjang tempat tidur. Lalu aku berjalan dengan
kaki berjinjit, mengendap-endap. Aku mengambil kaleng obat pembasmi nyamuk dan
serangga yang ada di atas lemari kayu.
Srooot…
Srooot… Srooot…
“Mampus kau!” kataku.
Tapi kali ini dengan suara sangat lantang. “Sembarangan saja kalau kalian
bicara! Manusia itu tidak semua bodoh dan tolol seperti yang kau kira,” Aku tak
henti-hentinya menyemprotkan obat pembasmi nyamuk dan serangga.
Segerombolan nyamuk
itu bubar, berlari, terbang tak tentu arah.
“Sial,” aku
mengumpat. Ternyata obat pembasmi nyamuk dan serangga yang kumiliki tidak
ampuh, mereka tidak mati. Padahal di kaleng obat pembasmi nyamuk dan serangga
ini tertulis; paling ampuh membunuh nyamuk dan serangga. Tapi tak masalah,
pikirku. Paling tidak aku sudah memberi mereka pelajaran.
Tapi sekarang aku
jadi berpikir dua kali, masalahnya beberapa kejadian yang pernah kualami;
nyamuk-nyamuk itu adalah binatang keras kepala, jadi aku sangat yakin sekali
mereka akan datang lagi ke sini. Dan bisa jadi mereka akan mengajak
teman-temannya, atau mungkin dengan serangga-serangga lain. Mungkin mereka akan
datang menyerangku dengan jumlah yang lebih besar lagi.
Kalau kalian punya
obat pembasmi nyamuk dan serangga yang sangat ampuh, dan bisa membunuh nyamuk
dan serangga dengan sangat cepat. Tolong beritahu aku merek, dan di mana untuk
mendapatkannya. Ya, hanya untuk sekedar jaga-jaga diri saja.
Terima kasih
sebelumnya…
* * * * *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar